Welcome

Thursday, December 17, 2009

Fashion Batam Beda dengan Bandung


Produk-produk fashion di Batam boleh saja kalah dengan gempuran produk luar. Tapi tidak di Bandung. Saat saya ke Bandung pertengahan Juli lalu, produk yang populer di sana bukan Levi’s, bukan juga produk Hongkong dengan berbagai merek. Tapi justru produk lokal bermerek C-59.

Edy, warga Bandung mengatakan, merek tersebut sebenarnya bukan merek baru di Bandung.”Beberapa tahun lalu merek ini sempat ngetop, tapi terus redup. Nah, tahun ini mulai ngetop lagi,” katanya.

Pengakuan Edy tidak main-main. Di sepanjang jalan di Bandung, terutama di kawasan-kawasan gaul seperti Cihampelas dan Dago, remaja-remajanya bangga mengenakan pakaian berlabel C-59 itu. Sama bangganya dengan remaja Batam yang pakaiannya berlabel Levi’s.

Tapi harganya jelas beda. Sebuah t-shirt buatan Bandung dijual di bawah Rp50 ribu per lembar. Bandingkan saja dengan sebuah t-shirt label keluaran Amrik atau Hongkong, bedanya pasti jauh. Walau murah, dijamin tidak murahan.

Ariel Peterpan misalnya, bangga mengenakan t-shirt bermerek Demochist saat konser di atas panggung. VJ MTV juga bangga mengenakan t-shirt berlabel Black ID. Untuk yang tidak tahu, dua merek itu adalah merek buatan Bandung. Merek-merek Bandung itu, kini mulai merambah hingga ke Batam. C-59, Black ID hingga Val 89 kini dipasarkan di Batam dengan konsep distro.

“Kami buka di DC Mall dan BCS Mall,” kata salah seorang pengelola merek Val 89 di Batam, saat berpameran di pelataran parkir Nagoya Hill, pekan lalu.

Produknya dipasok dari Bandung. Mulai dari t-shirt, jeans hingga jaket. Model trendi produk-produk fashion asal Bandung ini, diakui menjadi daya tarik hingga bisa populer tak hanya di kandang sendiri tapi juga hingga ke seluruh Indonesia.

”Modelnya modis, harganya murah tapi bahannya bagus, jadi banyak orang yang suka,” kata Cecep, warga Bandung yang berdomisili di Batam.

Konon, t-shirt yang dipasarkan dengan merk Singapura, aslinya berasal dari Bandung. Hanya beda label. Jadi, buat apa beli impor kalau toh bahannya dari lokal?

Gairah bisnis produk lokal di Bandung juga terasa kental. Nyaris seluruh jalanan di Bandung dipenuhi dengan outlet-outlet berbagai merk asal kota kembang itu. Belum lagi lokasi khusus yang disebut The Kings.

Di kawasan ini berbaur antara produk distro, factory outlet dan grosiran. Pasar Parahyangan di lokasi The Kings ini, merupakan yang populer. Di dalamnya ada berbagai merk lokal yang memasarkan produknya secara grosir. Harganya pun jauh lebih murah dari distro. Sebuah t-shirt modis bisa didapat hanya dengan Rp35 ribu per lembar.

Kalau ingin tampil beda, sebuah outlet distro di seberangnya juga menyediakan berbagai merk lokal yang trendi. Berbeda dengan grosir yang model pakaiannya dibuat dalam jumlah masal, konsep distro hanya menyediakan pakaian dengan mode tertentu dalam jumlah terbatas. Dengan begitu, pakaian yang dikenakan tidak akan sama dengan orang lain.

Sedangkan Batam dapat dikatakan berbanding 180 derajat dengan Bandung. Di kota ini, produk keluaran Hongkong dan Amerika, lebih mendominasi. Tak hanya jumlah outletnya, tetapi juga jumlah konsumennya. ***
Sumber: Hasanul

No comments:

Post a Comment

Cari pekerjaan

Pekerjaan oleh Careerjet